Desa Gita Raja merupakan salah satu Desa di Wilayah Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan yang didiami berbagai macam ragam suku, yakni suku Tidore, suku Makian, suku Sangir Talaud, suku jawa, suku Ambon, suku Weda atau sawai, suku Gorontalo dan suku Bugis.
Penamaan Gita Raja memeiliki berbagai versi dan sumber, Gita berasal dari kata “ GE ” dan “ TA ”. ”GE” artinya “ITU” dan “TA” Artinya “SANA” atau “DISANA”. Menurut kisahnya, pada saat penjajahan, Belanda mencari sang Sultan Nuku di Tidore, konon katanya beliau sudah berada di Halmahera, kata penunjuk jalan salah seorang warga, mereka menuju ke daerah ini untuk mencari dan menangkap sang Sultan, perjalanan mereka menuju Halmahera ini dengan menggunakan perahu dayung. sampai di Halmahera yaitu di daerah ini, sang penunjuk jalan mengambil posisi di Haluan depan perahu, pada tempat yang di tuju di daerah ini, sang penjajah bertanya kepada penunjuk jalan, “ dimanakah ? ” penunjuk jalan itupun menjawab “ GE ” ITU, tapi setelah sampai di tempat itu ternyata tak ada apa-apa, sang penjajah bertanya lagi dengan suara yang agak keras, lantang dan kejamnya “ dimana ” sang penunjuk jalanpun menjawab “ TA ” Artinya “ disana ”, namun ternyata sang Sultan sudah berada di daerah Weda. yang pada akhirnya kata “ GE dan TA ” ini kemudian disempurnakan sesuai dengan ejaan EYD (ejaan yang di sempurnakan) menurut kaidah bahasa Indonesia menjadi “ GITA RAJA ”.
Selain itu, oleh Seorang mantan sekretaris Desa Gita Raja yang bernama Ansar Hamid pada Tahun 2002 yang mengartikan “ GITA ” sebagai berikut : G adalah GORESAN, I adalah INDAH, T adalah TENTANG, dan A adalah ASMARA. Dengan demikian kata Gita Raja di perpanjang menjadi “ GORESAN INDAH TENTANG ASMARA ” yang memiliki makna bahwa siapapun yang menginjakkan kakinya di Desa Gita Raja, akan sulit untuk melupakan Desa Gita Raja, apalagi hingga berani menanamkan benih-benih kata sayang dan menebur berbagai kata-kata indah yang berhubungan dengan setiap insan yang bernama kaum hawa, maka tetap akan selalu mengenang dan merindukan Desa Gita Raja yang sangat kami cintai ini.
Disisi lain, sebagian petua kampung, menjelaskan bahwa biasa penduduk Desa Gita Raja ini, karena serangan tentara sekutu pada beberapa puluh tahun silam, sebagian melarikan dirinya ke Makian hingga terbentuklah suatu Desa disana yaitu suku “ NGOFA GITA ”, yang konon katanya berasal dari Desa Gita Raja yang artinya anak Gita Raja dan suku “ Taalow ” di Makian, sebagian juga berasal dari daerah Desa Gita Raja yaitu suku TOMOLOU Tidore yang telah lama hidup di Desa Gita Raja yang menyelamatkan diri mereka kesana karena serangan tentara sekutu di Kecamatan Oba, atau yang dikenal dengan bahasa daerah dengan sebutan “ sekutu menghambur hawer ” di Kecamatan Oba kala itu.
Jika di lihat dari sudut sejarah, Desa Gita Raja merupakan suatu Desa yang sangat penting dalam sejarah Kesultanan Kerajaan Tidore. Dimana dapat menyimpan berbagai aset peninggalan dimasa Kerajaan Kesultanan Tidore hingga kini yang tak pernah hilang maupun musnah. diantaranya Tanaman yang merupakan Tanaman khusus yang disediakan untuk Daerah ini yaitu :
Pohon Pandang atau Kokoya sebagai suatu jenis Tanaman yang diolah dan diproses menjadi Tikar sebagai alat yang digunakan pada saat pertemuan atau Rapat untuk memutuskan sesuatu, sedangkan di daerah lain seperti : YENA PARE (Pinang tua) di Desa Maidi, Kapur atau dufae di Pulau Woda serta Nyao Make Toma Tauno. Ini adalah bagian yang ada setelah sejak Zaman Kerajaan Kesultanan Tidore.
Selain itu, di Gita terdapat tempat Mandi Sultan dengan Permaisurinya, yang disebut dengan “ se “ jo boki madodobo”. Di Gita juga terdapat “ Dorokolano ” atau “ Pelabuhan Raja ” Pelabuhan ini sebagai tempat Persinggahan Raja pada saat melakukan perjalanan dari Tidore ke Weda selanjutnya ke Irian, begitu pula sebaliknya Irian menuju Weda via Gita harus melalui Pelabuhan ini untuk beristirahat sebentar dan mandi di kuala Gita Raja yang di sebut dengan “ jou madodobo”.
Desa Gita Raja sendiri, sudah ditetapkan sebagai Desa defenetif dari masa Halmahera Tengah, Setelah Pemekaran Kota Tidore Kepulauan pada Tahun 2003, Gita Raja tetap menjadi sebuah Desa Defenetif. Adapun Pemimpin Desa
dengan sebutan kepala Desa dari yang pertama sampai saat ini dapat dilihat pada tabel berikut :